4Pilar pendidikan abad 21 - Sekitar 17 tahun silam, komisi pendidikan abad 21 UNESCO telah merekomendasikan pendidikan yang berkelanjutan dalam menyambut abad baru ke 21. Rekomendasi badan dunia PBB tersebut menarik untuk dicermati mengingat sampai saat ini prosesi pendidikan masih berlangsung. Dapat menumbuhkan karakter yang baik pada
A Peran Guru Abad 21. Guru Abad 21, adalah guru yang bernaung dalam tantangan dunia digital. Sebagaimana Pendidikan adalah amanat UUD 1945 Pasal 31 yang menjelaskan bahwa hak warga negara serta kewajiban pemerintah di bidang pendidikan, maka keberlangsungan pendidikan terletak pada sinergi guru dalam menciptakan iklim yang melek
PokokPokok Materi A. Pembelajaran Abad 21 B. Karakteristik guru abad 21 C. Karakteristik siswa abad 21 Uraian Materi A. Pembelajaran Abad 21 Dalam pandangan paradigma positivistik masyarakat berkembang secara linier seiring dengan perkembangan peradaban manusia itu sendiri yang ditopang oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Secara
GuruAbad 21 › Kompetensi. Berikut Adalah Kompetensi Guru Abad 21 Al Azzami. Wednesday, December 2, Secara umum kompetensi inti pedagogi meliputi; (a) menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual, (b) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, (c
Kelima karakteristik guru abad 21 di tengah pesatnya perkembangan era teknologi digital, bagaimanapun harus mampu melakukan transformasi kultural. Karena itu transformasi mengandaikan terjadi proses pergantian dan perubahan dari sesuai yang dianggap lama menjadi sesuatu yang baru. Atau paling tidak mengalami penyesuaian terhadap kehadiran yang
Pendidikanabad 21 tentunya akan berpengaruh pada karakteristik guru. Karakteristik guru abad ke-21, efektif memiliki kemahiran dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikas. Guru hendaknya terus-menerus mengevaluasi kemampuan siswa yang dibutuhkan untuk bersaing secara global. Guru berperan sebagai fasilitator dalam suatu
3 Creativity (kreativitas) Kompetensi abad 21 yang harus dimiliki siswa selanjutnya adalah kreativitas. Kreativitas sangat diperlukan oleh siswa supaya lebih berani untuk mencari serta mengungkapkan ide-ide yang ada di dalam kepalanya. Perlu diketahui jika kemampuan berpikir kreativitas ini tidak hanya terbatas pada penciptaan produk atau
Olehkarena itu karakteristik guru dalam abad 21 antara lain: Pertama, guru disamping sebagai fasilitator, jugaharus menjadi motivator dan inspirator. Lebih lanjut Eko Indrajit mengatakan, pada era sekarang, siswa sudah banyak mengetahui pembelajaran lewat
iIud6V. ABSTRAK Makalah ini bertujuan menguraikan pentingnya merubah paradikma pembelajaran pada abad 21. Pembelajaran di abad 21 harus dapat mempersiapkan generasi manusia Indonesia menyongsong kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dalam kehidupan bermasyarakat. Implikasi pada pembelajaran di sekolah-sekolah di Indonesia mengharuskan semua stageholder pendidikan harus menguasai ICT literacy skill. Guru, siswa, bahkan orangtua siswa harus melek teknologi dan media komunikasi, dapat melakukan komunikasi yang efektif, berpikir kritis, dapat memecahkan masalah dan bisa berkolaborasi. Model pembelajaran akan bergeser secara signifikan kearah penerapan teknologi digital. Literacy ICT di sekolah-sekolah di Indonesia harus ditingkatkan secara merata sehingga gap antara sekolah di pedesaan dan perkotaan semakin sempit. Ini semua menghendaki kerja keras dan kerja cerdas semua stageholder pendidikan di Indonesia. Kata kunci Pembelajaran abad 21, Literasi ICT PENDAHULUAN Pada hakikatnya sesuatu aktifitas yang tidak pernah terputus dilakukan manusia selama hidupnya adalah belajar. Setiap orang pasti belajar, apakah belajar secara formal, informal, pengalaman sendiri, maupun dari pengamatan terhadap pengalaman orang lain. Belajar merupakan sesuatu yang hakiki dan merupakan kebutuhan mendasar setiap orang. Banyak teori yang sudah dan sedang berkembang saat ini yang menjelaskan hakikat belajar. Salah seorang diantaranya adalah [1] yang pada intinya menyatakan bahwa belajar merupakan proses perubahan dalam pikiran dan karakter intelektual setiap orang. Proses perubahan dalam pikiran dan perubahan karakter ini merupakan indikator utama seseorang telah melakukan proses belajar. Pertanyaannya adalah bagaimana seseorang itu dapat menikmati belajarnya dan melaksanakan pembelajaran agar orang lain juga dapat belajar?. Sebelum sampai pada jawaban pertanyaan di atas, kita akan membahas beberapa batasan tentang belajar dan pembelajaran. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Prosiding Seminar Nasional SINASTEKMAPAN E-Journal 2018 p-ISSN 2654-9697 Volume I November 2018 e-ISSN 2654-8135 Seminar Nasional SAINS, TEKNOLOGI, HUMANIORA DAN PENDIDIKAN 2018 1276 Universitas Quality SINASTEKMAPAN 2018 PEND - 127 PEMBELAJARAN ABAD 21 DAN PENERAPANNYA DI INDONESIA Edi Syahputra Prodi Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan Email ABSTRAK Makalah ini bertujuan menguraikan pentingnya merubah paradikma pembelajaran pada abad 21. Pembelajaran di abad 21 harus dapat mempersiapkan generasi manusia Indonesia menyongsong kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dalam kehidupan bermasyarakat. Implikasi pada pembelajaran di sekolah-sekolah di Indonesia mengharuskan semua stageholder pendidikan harus menguasai ICT literacy skill. Guru, siswa, bahkan orangtua siswa harus melek teknologi dan media komunikasi, dapat melakukan komunikasi yang efektif, berpikir kritis, dapat memecahkan masalah dan bisa berkolaborasi. Model pembelajaran akan bergeser secara signifikan kearah penerapan teknologi digital. Literacy ICT di sekolah-sekolah di Indonesia harus ditingkatkan secara merata sehingga gap antara sekolah di pedesaan dan perkotaan semakin sempit. Ini semua menghendaki kerja keras dan kerja cerdas semua stageholder pendidikan di Indonesia. Kata kunci Pembelajaran abad 21, Literasi ICT PENDAHULUAN Pada hakikatnya sesuatu aktifitas yang tidak pernah terputus dilakukan manusia selama hidupnya adalah belajar. Setiap orang pasti belajar, apakah belajar secara formal, informal, pengalaman sendiri, maupun dari pengamatan terhadap pengalaman orang lain. Belajar merupakan sesuatu yang hakiki dan merupakan kebutuhan mendasar setiap orang. Banyak teori yang sudah dan sedang berkembang saat ini yang menjelaskan hakikat belajar. Salah seorang diantaranya adalah [1] yang pada intinya menyatakan bahwa belajar merupakan proses perubahan dalam pikiran dan karakter intelektual setiap orang. Proses perubahan dalam pikiran dan perubahan karakter ini merupakan indikator utama seseorang telah melakukan proses belajar. Pertanyaannya adalah bagaimana seseorang itu dapat menikmati belajarnya dan melaksanakan pembelajaran agar orang lain juga dapat belajar?. Sebelum sampai pada jawaban pertanyaan di atas, kita akan membahas beberapa batasan tentang belajar dan pembelajaran. Prosiding Seminar Nasional SINASTEKMAPAN E-Journal 2018 p-ISSN 2654-9697 Volume I November 2018 e-ISSN 2654-8135 Seminar Nasional SAINS, TEKNOLOGI, HUMANIORA DAN PENDIDIKAN 2018 1277 Universitas Quality SINASTEKMAPAN 2018 PEND - 127 Pembelajaran merupakan proses memfasilitasi agar individu dapat belajar. Antara belajar dan pembelajaran merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan [1]. Sedangkan [2] menyatakan bahwa pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah usaha mempengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar mau belajar dengan kehendaknya sendiri. Secara khusus dapat diutarakan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses belajar yang dibangun guru untuk meningkatkan moral, intelektual, serta mengembangkan berbagai kemampuan yang dimiliki oleh siswa, baik itu kemampuan berpikir, kemampuan kreativitas, kemampuan mengkonstruksi pengetahuan, kemampuan pemecahan masalah, hingga kemampuan penguasaan materi pembelajaran dengan baik. Kemampuan-kemampuan yang dikemukakan di atas merupakan kemampuan yang perlu dikembangkan pada abad 21. Abad 21 dicirikan oleh berkembangnya informasi secara digital. Masyarakat secara masif terkoneksi satu dengan lainnya. Hal inilah yang dikatakan oleh banyak orang dengan revolusi industri, terutama industri informasi. Era digital telah mewarnai kehidupan manusia di abad 21. Pembelajaran di abad 21 harus dapat mempersiapkan generasi manusia Indonesia menyongsong kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dalam kehidupan bermasyarakat. Pembelajaran abad 21 sebenarnya adalah implikasi dari perkembangan masyarakat dari masa ke masa. Sebagaimana diketahui bahwa masyarakat berkembang dari masyarakat primitif ke masyarakat agraris, selanjutnya ke masyarakat industri, dan sekarang bergeser ke arah masyarakat informatif. Masyarakat informatif ditandai dengan berkembangnya digitalisasi. Dari tahun 1960 sampai sekarang telah berkembang dengan pesat penggunaan komputer, internet dan handpone. Masyarakat telah berubah dari masyarakat offline menjadi masyarakat on line. Sebagai catatan pengguna internet di Indonesia pada tahun 2015 sebanyak 88,1 juta orang telah meningkat menjadi sebanyak 132,5 juta orang. Oleh karena perkembangan digitalisasi yang semakin pesat di masyrakat, mau tidak mau pembelajaran di sekolah di Indonesia harus mengikuti perkembangan tersebut. Implikasi pada pembelajaran di sekolah-sekolah di Indonesia mengharuskan semua stageholder pendidikan harus menguasai ICT literacy Skill. Guru, siswa, bahkan orangtua siswa harus melek teknologi dan media komunikasi, dapat melakukan komunikasi yang efektif, berpikir kritis, dapat memecahkan masalah dan bisa berkolaborasi. Kesenjangan antara Prosiding Seminar Nasional SINASTEKMAPAN E-Journal 2018 p-ISSN 2654-9697 Volume I November 2018 e-ISSN 2654-8135 Seminar Nasional SAINS, TEKNOLOGI, HUMANIORA DAN PENDIDIKAN 2018 1278 Universitas Quality SINASTEKMAPAN 2018 PEND - 127 masyarakat pedesaan dan perkotaan di Indonesia harus dipersempit, agar penguasaan ICT dapat merata di seluruh Indonesia. Hasil penelitian telah menunjukkan manfaat ICT dalam pembelajaran yaitu 1. Memudahkan guru dan siswa mencari sumber belajar alternatif 2. Memperjelas materi pelajaran yang diberikan guru 3. Belajar lebih efisien 4. Wawasan guru dan siswa bertambah 5. Pembelajaran mengikuti perkembangan Gambar 1 menunjukkan suasana kelas pembelajaran yang menggunakan ICT yang terintegrasi dengan praktisi di lapangan. Gambar 1. Situasi pembelajaran yang memanfaatkan ICT di dalam kelas Standar Teknologi Pendidikan Nasional untuk Siswa National Educational Tegnology Standarts for Students/NETS-S mengemukakan Ada 6 keterampilan penting yang harus dimiliki siswa dan diajarkan oleh guru di sekolah. Keterampilan-keterampilan tersebut adalah 1. Kreativitas dan inovasi 2. Komunikasi dan kolaborasi Prosiding Seminar Nasional SINASTEKMAPAN E-Journal 2018 p-ISSN 2654-9697 Volume I November 2018 e-ISSN 2654-8135 Seminar Nasional SAINS, TEKNOLOGI, HUMANIORA DAN PENDIDIKAN 2018 1279 Universitas Quality SINASTEKMAPAN 2018 PEND - 127 3. Penelitian dan kelancaran informasi 4. Berpikir kritis, pemecahan masalah dan pembuatan keputusan 5. Kewarganegaraan digital 6. Operasi teknologi dan konsep PRINSIP PEMBELAJARAN ABAD 21 [3] menyederhanakannya ke dalam 4 prinsip pokok pembelajaran abad ke 21 yang dijelaskan dan dikembangkan seperti berikut ini 1. Instruction should be student-centered Pengembangan pembelajaran seyogyanya menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa ditempatkan sebagai subyek pembelajaran yang secara aktif mengembangkan minat dan potensi yang dimilikinya. Siswa tidak lagi dituntut untuk mendengarkan dan menghafal materi pelajaran yang diberikan guru, tetapi berupaya mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, sesuai dengan kapasitas dan tingkat perkembangan berfikirnya, sambil diajak berkontribusi untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang terjadi di masyarakat. 2. Education should be collaborative Siswa harus dibelajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan orang lain. Berkolaborasi dengan orang-orang yang berbeda dalam latar budaya dan nilai-nilai yang dianutnya. Dalam menggali informasi dan membangun makna, siswa perlu didorong untuk bisa berkolaborasi dengan teman-teman di kelasnya. Dalam mengerjakan suatu proyek, siswa perlu dibelajarkan bagaimana menghargai kekuatan dan talenta setiap orang serta bagaimana mengambil peran dan menyesuaikan diri secara tepat dengan mereka. Gambar 2 menunjukkan situasi kolaborasi antara siswa-guru dan siswa-siswa di dalam kelas. Prosiding Seminar Nasional SINASTEKMAPAN E-Journal 2018 p-ISSN 2654-9697 Volume I November 2018 e-ISSN 2654-8135 Seminar Nasional SAINS, TEKNOLOGI, HUMANIORA DAN PENDIDIKAN 2018 1280 Universitas Quality SINASTEKMAPAN 2018 PEND - 127 Gambar 2. Situasi kolaborasi antara siswa-guru dan siswa-siswa 3. Learning should have context Pembelajaran tidak akan banyak berarti jika tidak memberi dampak terhadap kehidupan siswa di luar sekolah. Oleh karena itu, materi pelajaran perlu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Guru mengembangkan metode pembelajaran yang memungkinkan siswa terhubung dengan dunia nyata real word. Guru membantu siswa agar dapat menemukan nilai, makna dan keyakinan atas apa yang sedang dipelajarinya serta dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya. Guru melakukan penilaian kinerja siswa yang dikaitkan dengan dunia nyata. 4. Schools should be integrated with society Dalam upaya mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang bertanggung jawab, sekolah seyogyanya dapat memfasilitasi siswa untuk terlibat dalam lingkungan sosialnya. Misalnya, mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat, dimana siswa dapat belajar mengambil peran dan melakukan aktivitas tertentu dalam lingkungan sosial. Siswa dapat dilibatkan dalam berbagai pengembangan program yang ada di masyarakat, seperti program kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, dan sebagainya. Selain itu, siswa perlu diajak pula mengunjungi panti-panti asuhan untuk melatih kepekaan empati dan kepedulian sosialnya. Prosiding Seminar Nasional SINASTEKMAPAN E-Journal 2018 p-ISSN 2654-9697 Volume I November 2018 e-ISSN 2654-8135 Seminar Nasional SAINS, TEKNOLOGI, HUMANIORA DAN PENDIDIKAN 2018 1281 Universitas Quality SINASTEKMAPAN 2018 PEND - 127 KARAKTERISTIK GURU ABAD 21 Guru sebagai fasilitator, motivator dan inspirator. Saat ini perkembangan digital sudah demikian maju, guru bukan satu-satunya sumber informasi untuk belajar. Oleh karena itu guru harus bisa menjadi fasilitator dan motivator bagi muridnya untuk mencari dan memanfaatkan sumber belajar melalui kemajuan digital. Hal ini sekaligus sebagai inspirator untuk murid-muridnya agar lebih giat belajar dan menemukan sumber informasi melalui teknologi yang berkembang. 1. Minat baca guru harus tinggi. Dapat dibayangkan kalau minat baca guru rendah, apa jadinya? Pastilah pengetahuan guru akan stagnan dan terlampaui oleh pengetahuan siswanya. Implikasi yang terjadi adalah kewibawaan guru merosot dimata siswanya. 2. Guru harus memiliki kemampuan menulis karya ilmiah. Disamping minat baca guru harus tinggi, guru dituntut juga memiliki kemampuan menulis karya ilmiah. Sebab guru dalam tugasnya akan selalu memberikan macam-acam tugas kepada siswanya. Beberapa penugasan yang diwajibkan guru kepada siswanya antara lain adalah mereviu buku, artikel jurnal, membuat karangan pendek dan lain-lain. Hal ini semua menuntut guru harus mahir menulis. 3. Guru harus kreatif dan inovatif mempraktekkan model-model pembelajaran. Tuntutan pembelajaran abad 21 mengharuskan guru kreatif dan inovatif mempraktekkan model-model pembelajaran yang dapat mengkonstruksi pengetahuan siswanya. Kombinasi antara model pembelajaran dan penggunaan teknologi digital akan menimbulkan kreativitas dan inovasi siswa. 4. Guru mampu bertransformasi secara kultural. Pandangan “teacher centered” pada kultur pembelajaran sebelumnya harus dapat bertransformasi ke arah “student centerd”. Jadikan siswa sebagai subyek belajar yang dapat berkembang dan mengkonstruksi pengetahuannya secara maksimal. Prosiding Seminar Nasional SINASTEKMAPAN E-Journal 2018 p-ISSN 2654-9697 Volume I November 2018 e-ISSN 2654-8135 Seminar Nasional SAINS, TEKNOLOGI, HUMANIORA DAN PENDIDIKAN 2018 1282 Universitas Quality SINASTEKMAPAN 2018 PEND - 127 KARAKTERISTIK SISWA ABAD 21 [4] mengemukakan bahwa pada dasarnya siswa di Indonesia dapat menyesuaikan model pembelajaran apapun yang diterapkan guru di kelas. Sejalan dengan itu [5] mengemukakan pada intinya siswa cukup kreatif sehingga tidaklah sukar untuk menerapkan pembelajaran berbasis ICT di Indonesia. Pada pembelajaran abad 21 siswa harus memiliki karakteristik khusus sebagai berikut 1. Berpikir kritis, memiliki kemauan dan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi, kreatif, kolaboratif dan inovatif 2. Memiliki kemauan dan kemampuan literasi digital, media baru dan ICT 3. Berinisiatif yang fleksibel dan adaptif. KESIMPULAN Perubahan masyarakat dunia kearah digitalisasi akan memaksa pembelajaran di sekolah-sekolah di Indonesia mengikuti perkembangan teknologi tersebut. Pada abad 21 guru dan siswa dituntut melek teknologi digital. Guru bukan satu-satunya sumber belajar, siswa dapat di arahkan untuk menelusuri sumber belajar lainnya melalui internet dan media pembelajaran lainnya. Model pembelajaran akan bergeser secara signifikan kearah penerapan teknologi digital. Literacy ICT di sekolah-sekolah di Indonesia harus ditingkatkan secara merata sehingga gap antara sekolah di pedesaan dan perkotaan semakin sempit. Ini semua menghendaki kerja keras dan kerja cerdas semua stageholder pendidikan di Indonesia. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Nurdin Bukit, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis menjadi keynote speaker dan menyajikan makalah ini pada Seminar Nasional bertajuk Seminar Nasional Sains Teknologi Humaniora dan Pendidikan Qsinastekmapan. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada rekan-rekan yang membantu sampai selesainya makalah ini. Prosiding Seminar Nasional SINASTEKMAPAN E-Journal 2018 p-ISSN 2654-9697 Volume I November 2018 e-ISSN 2654-8135 Seminar Nasional SAINS, TEKNOLOGI, HUMANIORA DAN PENDIDIKAN 2018 1283 Universitas Quality SINASTEKMAPAN 2018 PEND - 127 DAFTAR PUSTAKA Astawan, I Gede. 2016. Belajar dan Pembelajaran Abad 21. Harian Bernas Agustus 2016. Nata, Abuddin. 2009. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Kencana Jakarta Nichols.,Jennifer, R., 2017. Four Essential Rules Of 21st Century Learning. Online. Syahputra, E., Surya, E., 2017. The Development of Learning Model Based on Problem Solving to Construct High-Order Thinking Skill on the Learning Mathematics of 11th in SMA/MA. Journal of Education and Practice, 86 pp. 80-85. Lubis, J., Panjaitan, A., Surya,E., Syahputra, E. 2017. Analysis Mathematical Problem Solving Skills of Student of the Grade VIII-2 Junior High School Bilah Hulu Labuhan Batu., International Journal of Research in Education and Learning 42 131-137. ... Tidak jarang pula anak-anak seringkali menghadapi bentuk-bentuk kekerasan baik fisik maupun non fisik. Padahal, anak-anak Indonesia harusnya berada di rumah, belajar dengan baik dan menikmati tugas-tugas bagi tumbuh kembang diri mereka Syahputra, 2018. ...... Secara singkat, pembelajaran abad ke-21 memiliki prinsip pokok bahwa pembelajaran harus berpusat pada siswa, bersifat kolaboratif, kontekstual, dan terintegrasi dengan masyarakat. Peran guru dalam melaksanakan pembelajaran abad ke-21 sangat penting dalam mewujudkan masa depan anak bangsa yang lebih baik Syahputra, 2018. Setiap siswa belajar dengan cara yang berbeda-beda, sehingga guru ditantang untuk menemukan cara membantu semua siswa belajar secara efektif. ...Andi Basliahwanti Murti Abdul Rasyid Fakhrun GaniDevi AlvionitaEducation is a very important learning process for the nation's children, because with an advanced education it symbolizes an immediate progress as well. In connection with this, it is known that there is a philosophical basis for idealism, realism, pragmatism, and others. The idealization of Indonesian education can be seen from various points of view, namely teachers, students and the government. Teachers are real changers in society. Therefore, teachers are involved effectively, both as educators and social activists. Students are one of the main subjects in the education system. While the government is a facilitator for education in this country. The government must be wise in setting a rule, not to mention the issue of education, the government as a leader has the authority to formulate a strong policy to formulate education policy... In order to prepare students for success in the digital era, the Partnership for 21st Century Skills collaborated to create a 21st century learning framework Sugiyarti et al., 2018. These fundamental 21st century talents include effective collaboration and communication Syahputra, 2018, creative and inventive thinking Yudha et al., 2018, critical thinking and problem solving Butterworth et al., 2013, and so on. All of these skills are higher order thinking 1735 competencies Widiawati et al., 2018;Hastuti et al., 2021. ...The purpose of this research is to develop learning media that can improve students' Higher Order Thinking Skills HOTS on the topic "circular motion". Therefore, its design is a research and development R&D study with 4D model Define, Design, Develop, and Disseminate. Experts were involved to validate the products that had been developed, which are teaching props and Student Worksheets SWS, through a validation questionnaire. The collected data were then analyzed descriptively and qualitatively. The results showed that the total average of all aspects of the assessment was which was included in the "very good" category. Based on this result, it can be concluded that the products developed, namely learning media for "circular motion" material, is suitable for use in the learning process to improve students' higher order thinking skills... The results of this study are in accordance with previous studies, namely Permanasari 2016 in his research, which states that STEM in addition to being able to train students' critical abilities can also develop the ability to use technology. This is also in line with the mandate of 21st century learning, namely planning for technological competencies that must be developed in it Syahputra, 2018 . ...Fadillah RahmayaniEdi IstiyonoThe assessment instrument is part of the learning toolkit which includes the process of measuring and collecting data and information to be processed and interpreted in it to consider how decisions on student learning outcomes are achieved in accordance with learning objectives. Instruments are used to measure cognitive, psychomotor, and affective dimensions. So far there has not been much research on the development of an affective instrument, mostly focusing on students' cognitive and psychomotor aspects. Thus, this study aims to develop affective instruments, namely students' attitudes towards STEM Science, Technology, Engineering and Mathematics. This research is research and development using the ADDIE development model. The ADDIE model consists of five steps analysis, design, development, implementation, and evaluation. The initial instrument that was developed was 45 items which contained every STEM aspect which was then tested on test subjects totaling 72 high school students. Based on the results of data analysis, a good and effective attitude assessment instrument has been produced to assess students' attitudes to see students' attitudes towards STEM. Through this development, it is hoped that it can become a foundation that can be used by educators before giving appropriate treatment to students in preparing students who have an attitude towards STEM aspects so that students can face various challenges of the 21st century which are so tight and growing rapidly.... Tak terkecuali juga perkembangan para generasi muda yang merupakan asset terbesar suatu bangsa, termasuk Indonesia Izzah, 2018. Pembelajaran di abad 21 harus mampu mempersiapkan generasi penerus bangsa Indonesia untuk menyambut integrasi TIK ke dalam kehidupan bermasyarakat Syahputra, 2018. Untuk memenuhi kebutuhan di abad 21, sangat diperlukan keterampilan pengetahuan kognitif yang mendalam dalam konteks kehidupan terkait suatu masalah, peristiwa atau kejadian Rahayu, 2022. ...Annisa SalsabilaEffendi NawawiPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui tantangan dalam menghayati Pancasila sebagai entitas dan identitas bangsa indonesia dan bentuk perwujudan Profil Pelajar Pancasila PPP pada pendidikan abad ke 21. Penelitian didasarkan pada proses studi pustaka menggunakan metode qualitative research. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dokumentasi dan literatur. Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan SMA Negeri 1 Palembang. Hasil dari penelitian ini menujukkan bahwa perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan Abad ke-21 sudah berjalan sebagaimana mestinya di SMA Negeri 1 Palembang. Hal itu terlihat pada keseharian peserta didik di sekolah dengan menjalankan beberapa dimensi Profil Pelajar Pancasila PPP seperti 1 beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, 2 berkebinekaan global, 3 bergotong-royong, 4 mandiri, 5 bernalar kritis, 6 kreatif.... According to his research, the show-and-tell method learning steps that can improve students' speaking skills are as follows Show and Tell is introduced with an explanation of the procedures for implementing Show and Tell; modeling by the teacher by showing the child how to show and tell with personal items, food, and pictures; each child is allowed to Show and Tell within a specific time; and children are allowed to ask questions after doing Show and Tell. Teachers facilitate, encourage, and help children ask relevant questions and answer them relevantly Syahputra, 2018. ...Nidya Chandra Muji UtamiSiti Fatimah AzzahraNuryani NuryaniThis literature study, entitled "Analysis of Speaking Skills with Storytelling Methods in Indonesian Language Learning in Elementary Schools," describes the literature on speaking skills using the storytelling method with the narrative literature review NLR model. The technique employed is the comparison method. The purpose of this study is based on the needs in primary school environments, especially in high school, because knowing the problems and difficulties in applying Indonesian language learning to speaking skills for elementary school students is very much needed. It has been proven that it takes work to maximize students' speaking skills in front of an audience. Researchers identified the subject matter discussed in this study as 40 articles published in national journals within the last ten years. The article Speaking Skills with a Storytelling Approach consists of 20 pieces on speaking skills by various methods, as many as nine pieces for speaking skills in high school, which in general is as much as two articles; additionally, to speak with storytelling skills using a variety of models, as many as four articles; three articles for speaking skills using image media and comics; and the other two articles discuss speaking skills in law school in general. The novelty of the research obtained in the literature review of speaking skills and the theories presented by previous experts The impact of research that uses the study of literature is more significant when other researchers pay attention to the suggestions given by researchers when researching speaking skills.... The implications of 21st-century learning require various education providers to master ICT literacy skills. Teachers, students, and even parents must be literate in 020007-4 technology and communication media and effective communication [40]. The present research study that good communication is not only crucial for a teacher but also students need to have good communication skills [41]. ...Lecturers can optimize technology with synchronous and asynchronous in distance learning so that they can improve students’ 21st-century skills. Optimizing technology grants lecturers and undergraduate students to interact in multiple directions and activate undergraduate students in minds-on and hands-on. This study aims to describe the quality of communication skills by optimizing technology on distance learning. This research method is quasi-experimental with a one-shot case study. The samples in this study were 103 students. The sampling technique is purposive sampling. Data collection techniques using observation techniques were used to observe the optimization of technology in distance learning and questionnaire techniques to collect data self-assessment on undergraduate student 21st-century skills, namely communication skills aspects that are assessed expression, evaluation, response, and negotiation. Data analysis used the descriptive quantitative method. The results showed that in the aspects of expression and negotiation, students were in a good category then, students’ responses and evaluations were in the very good category. The percentage for each aspect is 75% in expression, 77% in evaluation, 76% in response, and 75% in negotiation. However, the aspects of expression and negotiation still need to be improved. Through the results of this study, lectures can emphasize the management of group discussions through learning management systems and the use of reference sources so that students’ communication skills can be further improved... Kemampuan tersebut antara lain kemampuan berpikir, kemampuan kreativitas, kemampuan mengkonstruksi pengetahuan, kemampuan pemecahan masalah, hingga kemampuan penguasaan materi pembelajaran dengan baik. Kemampuan-kemampuan yang dikemukakan di atas merupakan kemampuan yang perlu dikembangkan pada abad 21 Syahputra, 2018. Salah satu kemampuan yang dituntut pada abad 21 yaitu kemampuan berpikir kreatif. ...Sindi Ladya Baharizqi Sindi Sofyan IskandarDede Trie KurniawanPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana optimalisasi penerapan model pembelajaran berbasis permaian dalam pembelajaran abad 21 di sekolah dasar. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi pustaka Library Reaseacrh dengan jenis penelitian kualitatif. Implementasi game based learning pada proses pembelajaran yang digunakan siswa dapat menjadi solusi inovatif untuk menyelesaikan berbagai permasalahan pembelajaran. Pembelajaran inovatif di abad 21 memiliki karakteristik yang mengarah pada pembelajaran yang interaktif, holistik, integratif, ilmiah, kontekstual, tematik, efektif, kolaboratif, dan berpusat pada peserta didik, serta pelaksanaannya pembelajarannya diarahkan menggunakan model/metode pembelajaran yang terkait dengan sifat-sifat tersebut. Dapat disimpulkan bahwa Game-Based Learning ini cocok sebagai inovasi dalam pembelajaran. karena hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa Game-Based Learning ini efektif serta efisien dan berdasarkan studi pustaka Game-Based Learning ini memiliki banyak manfaat dan kelebihan yang menjadi keunggulannyaThis paper is a summary study of team Postgraduate on 11 nd grade. The objective of this study is to develop learning model based on problem solving which can construct high-order thinking on the learning mathematics in SMA/MA. The subject of dissemination consist of Students of 11 th grade in SMA/MA in 3 kabupaten/kota in North Sumatera,namely SMA Swasta Yapim Taruna Stabat Kabupaten Langkat, SMK Negeri 6 Medan, SMA YPK Medan, and MAN Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang. Instrument of Collecting data used are questionnaires, observation guidelines, interview guides, students mathematics textbooks for 11 th grade in SMA/MA, Teacher's guide book, instrument of pre-test and post-test. Development of model are adopted from Thiagarajan's model and Semmel & Semmel's model. This research has compiled teaching materials in the form of textbooks for 11 th grade in SMA/MA and teacher's guide book that includes the structured steps of solving mathematical problems based on problem solving which can construct high-order thinking. Results of dissemination showed a significant improvement of students problem solving ability at four schools in three kabupaten/kota in North Sumatera. A. Introduction Observation result showed that Learning Model of Mathematics in SMA this time is not refer to specific learning theory yet. At the Learning process in the class, students was given ordinary problems that can be solved with simple analysis and mechanistic solution. Almost all of the learning process of mathematics in SMA beginning with shares of definition, formula, example, and ends with exercises. Occasionally be found, The proof of mathematical problems are solved by using an figure or a simple sketch. This condition was not able to improve the creativity and critical thinking of students. Moreover in learning at the class, Students are not accustomed to thinking axiomatic deductive, also students are not supported by their mathematics textbooks that are used. Most of the learning process of mathematics in SMA, lead students to memorize, solving mathematical problems ordinarily and a simple analyze inductively by following existing examples. Ironically, Teacher teach students by following monotonous method that are given in mathematics textbooks without considering student's cognitive improvement level. Whereas, learning mathematics require innovation and creativity of teachers and students. Due to it, Sumarmo 2005 state that student's problem solving ability is still low. In the Curriculum 2013, The learning are using scientific method, multi-strategy, multimedia, adequate learning source and technology, and utilizing the environment as a learning resource. Learning Model that used is problem based learning. This model is appropriate to improve student's mathematical problem solving ability. In the learning process, student's activity are started with observation, then asking questions, trying, making network, and analyzing. Therefore now and future, We need learning model that should be able to improve student's mathematical problem solving ability in SMA/MA B. Method This Study is kind of the development research. The stages of learning model follow the procedure of Thiagarajan model and Semmel & Semmel 1974 models. According to Thiagarajan and Semmel & Semmel 1974, Development model that used is refers to four D-Model. Where consist of 4 steps namely define, design, develop, and disseminate. Results of development are described as follows Stage 1 Define The purpose of this stage are set and defining learning activity by conducting analysis purpose and material limitations. In the stage of Define , will be desribed five activity that must be done namely ujung-depan analysis analysis Mathematics curriculum of SMA, Students analysis, concept and material analysis, assigment and formulation of learning purpose. Stage of define are described as follows a. Ujung-Depan Analysis Purpose of this analysis is to analyze the basic problem that encountered in the development of learning model. Several things to note in Ujung-Depan Analysis are curriculum of 2013 and learning theory of Problem Based Learning. b. Students AnalysisBelajar dan Pembelajaran Abad 21. Harian Bernas AgustusAstawanGedeAstawan, I Gede. 2016. Belajar dan Pembelajaran Abad 21. Harian Bernas Agustus Islam tentang Strategi PembelajaranAbuddin NataNata, Abuddin. 2009. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Kencana Jakarta Nichols.,Jennifer, R., 2017. Four Essential Rules Of 21st Century Learning. Online.Analysis Mathematical Problem Solving Skills of Student of the Grade VIII-2 Junior High School Bilah Hulu Labuhan BatuJ LubisA PanjaitanE SuryaE SyahputraLubis, J., Panjaitan, A., Surya,E., Syahputra, E. 2017. Analysis Mathematical Problem Solving Skills of Student of the Grade VIII-2 Junior High School Bilah Hulu Labuhan Batu., International Journal of Research in Education and Learning 42 131-137.
In answering the fourth industrial revolution era, basic Islamic education institutions did not adequately apply old literacy reading, writing, arithmetic, but had to apply new literacy data literacy, technology literacy and human resource literacy or humanism. This article discusses the challenges and opportunities of basic Islamic education in the era of the fourth industrial revolution. Strengthening new literacy in Islamic elementary education teachers as a key to change, revitalizing literacy-based curriculum and strengthening the role of teachers who have digital competencies. The teacher plays a role in building competency generation, character, having new literacy skills, and high-level thinking skills. Islamic elementary education as a basis for determining intellectual, spiritual, and emotional intelligence in children must strengthen 21st century literacy skills. Start creative aspects, critical thinking, communicative, and collaborative. Islamic elementary education is urgently needed to strengthen new literacy and revitalize digital-based curriculum. Curriculum revitalization refers to five basic values of good students, namely resilience, adaptability, integrity, competence, and continuous improvement. Islamic elementary education educators must be digital teachers, understand computers, and be free from academic illness. The goal is to realize high competency generation, character and literacy to answer the challenges of the fourth industrial revolution era.
Pada kesempatan kali ini admin akan berbagi sedikit informasi tentang 6 Karakteristik Guru Abad 21. Pembelajaran abad ke-21 telah banyak mengubah pola pengajaran dan pembelajaran kita selama bertahun-tahun. Perubahan positif ini untuk memastikan bahwa apa yang kita lakukan sejalan dengan perkembangan teknologi dan kemajuan dunia saat ini. Dengan adanya berbagai teknologi mutakhir, tentu tidak relevan jika praktik mengajar pada abad-abad sebelumnya terus dipraktikkan di masa abad ke-21 harus menjadi pembelajar seumur hidup, inovator, dan ahli di bidangnya. Mereka harus dapat menggunakan teknologi yang mereka miliki dan menyesuaikannya dengan kebutuhan mereka. Mereka harus dapat bekerja dengan kelompok siswa yang beragam dan mengajar mereka dengan cara yang dapat mereka guru yang profesional adalah seorang visioner, pemecah masalah, dan pemikir kritis. Mereka mahir menggunakan teknologi untuk menjangkau siswa dengan gaya belajar yang berbeda. Mereka juga dapat menggunakan data untuk mengarahkan instruksi dan mengukur kemajuan abad 21 tidak hanya bersemangat dalam mengajar tetapi mereka juga memiliki minat terhadap perkembangan terbaru dalam penelitian membagikan beberapa karakteristik yang harus dimiliki seorang guru di abad 21. di bawah ini admin akan menguraikan 6 Karakteristik Guru Abad 21 sebagai berikut 1. Menguasai Mata Pelajaran Guru harus menguasai isi kurikulum untuk mata pelajaran yang diajarkan. Tentu agak canggung jika guru sendiri masih kesulitan menjelaskan sesuatu dalam mata pelajaran yang diajarkannya. 2. Mahir dan Terampil dalam Pedagogik Guru harus mahir menggunakan berbagai metode dan strategi belajar mengajar dengan benar saat melakukan p&p di kelas. Pembelajaran yang beragam ini tentunya menciptakan lingkungan belajar yang lebih kondusif dan ramah siswa. 3. Memahami Perkembangan dan Mencintai SiswaPsikologi pendidikan juga menerapkan pentingnya seorang guru untuk memahami perkembangan anak didiknya, serta mampu mencintai mereka apa adanya. Guru abad 21 harus mampu menilai perkembangan siswa sesuai dengan kemampuannya. 4. Memahami Psikologi Pembelajaran Guru abad 21 juga mampu memahami psikologi belajar bagi siswanya. Hanya dengan memahami bagaimana minat dan tanggapan siswa ketika belajar, itu akan membantu seorang guru berfungsi lebih baik sebagai pendidik. 5. Keterampilan KonselingGuru juga perlu memiliki keterampilan konseling ketika berhadapan dengan siswa. Keterampilan untuk membantu siswa menghadapi emosi, sosial dan juga berbagai hal lain yang menjadi masalah bagi remaja. Merupakan keuntungan bagi guru untuk memiliki keterampilan konseling dalam menangani masalah terkait di dalam dan di luar kelas. 6. Penggunaan Teknologi TerbaruTidak dapat dipungkiri bahwa penggunaan teknologi terkini merupakan salah satu fitur penting bagi guru di abad 21. Pembelajaran yang menggunakan lcd, games, aplikasi mobile tentunya membawa perbedaan suasana belajar di dalam artikel admin tentang 6 Karakteristik Guru Abad 21. semoga bisa bermanfaat. Asrul Menyukai Blog dan berbagi informasi tentang pendidikan melalui blog. Jika ada kekurangan / kesulitan download file bisa menghubungi kami di WA atau bisa Klik langsung disini